Postingan

Kasihan Ular

Sebuah gambar lama untuk membungkam mulut ular yang menggemaskan Tak perlu begitu serius menghadapi ia yang licin dan penuh racun Sibuk menggeliat di atas luka yang ia buat sendiri Bukan hanya luka ku, luka penduduk lain, tapi juga luka ia sendiri Biar ku beri tau, ia penuh darah mana tau ia buta Biar ku beri dengar, mana tau ia tuli Ternyata bukan salah mata atau telinga, hanya saja sudah tebal muka Dengarkah kamu desis miliknya ? Menebar bisa kesana kemari sampai ia lupa sudah dimana Sampai ia lupa tertelan racun miliknya sendiri Sampai ia kacau racun menyebar tanpa henti Sampai ia terjaga nanti tinggal menunggu mati Kadang aku tak sampai hati Sudah terkumpul semua nyali, ingin sekali ku ajak bicara dari hati ke hati Tapi ular ini penuh ambisi, ujung-ujungnya akan terbaca jadi benci Tidak...tidak boleh Benci akan menyakiti diri karna itu penyakit hati Bangkit... bangkit, aku sayang diri ini, hati ini, dan para korek api Ya...pesan dari korek api membuat luruh Hatiku yang penuh gemuru

Setengah Perjalanan

Berdiri dalam lautan manusia  Sendiri bias lalu lalang  Berjalan setapak demi setapak  Penuh ragu akan muara tapi bulat tekad tak ada jalan kembali Terlihat sembuh dari luka yang dipendam lama  Ya.. untuk apa lagi. Untuk mimpi yang diperjuangkan. Untuk mimpi yang perlu terjaga Entah untuk siapa, nyatanya untuk semua yang tercinta Meraba ditengah terang bak tertusuk duri terus menerus Rasa sakit sepanjang malam mengalirkan sungai dipelupuk mata  Entah berapa lama lagi Aku ingin pulang Walau harus pergi lagi Aku ingin pulang Jogja, 04 Juli 2022

Gelap Mata

Lelah sore setelah jalan kaki belum selesai sampai esok hari Dua minggu sudah dijalani dengan hati-hati Tapi … masih saja banyak yang memaki Entah apa yang salah, tentu perlu muhasabah diri   Malam berganti siang, pagi berganti petang Semakin banyak yang menantang Diri tak kunjung tenang Waktu pun tak kunjung luang

Sisi Lain Seorang Anak yang Sedang Belajar Mengabdi

Seperti biasa mengarungi subuh di Desa Sirih yang selalu ramai dengan jual beli di depan masjid besar. Malam tadi malam yang nyenyak untuk terus bermimpi karna terbukti aku bangun kesiangan dari yang telah direncanakan. Tapi tak apa karna pasar belum bubar. Aku dan belahan jiwa ku Siska yang selalu setia bergelut di dapur selama KKN siap berangkat setelah sholat subuh. Menggigil karna dingin dan takut gelap kami terima dengan lapang dada. Sebagian kecil pengalaman penunjang pengabdian yang berharga menurut ku. Perut anak-anak tim 13 sudah full, artinya siap berangkat memulai perjalanan. Eitss ! sebelum itu kepala dan aparat desa menjadi pelabuhan pertama yang harus di singgahi untuk mencari tau tata letak instansi pemerintah desa. Satu tujuan utama, yaitu BP3K. Hasil diskusi bersama mereka menjadi bahan utama renungan kami. Hari sudah mulai siang, seperti biasa dapur sudah rindu. Isi tenaga dulu biar kuat pikir ku dan tim. Setelahnya kami tak pernah bosan menjelajah, kali ini aci

Kemarin yang Belum Sempat Diceritakan

Pagi itu harus bangun lebih awal untuk menyapa pasar di muara RT 2. Aku mandi setelah 17 jam beradaptasi dengan kamar mandi ala-ala outdoor, “openspace” kami beri gelar. Sembari menunggu waktu upacara penyambutan mahasiswa KKN di kabupaten Hulu Sungai Selatan, kami berkunjung kepada teman seperjuangan di desa sebelah, yaitu Desa Tambikar. Keahlian menggumba padi jadi satu skill lagi yang ingin ku geluti lebih dalam bersama acil dan paman yang setia mengucurkan ilmu perpadian dari nenek moyang. Beberapa waktu setelahnya upacara siap terlaksana. Aku beberapa kali meneteskan air mata tanda syukur karena pidato Pak Dekan kami yang begitu menyentuh. Rasa gugup, haru, dan gembira campur aduk seperti menemukan sebagian diri yang sudah lama aku rindukan padahal selalu berusaha menggelutinya setiap hari. Rasa ini mungkin muncul karena satu perbedaan besar pada atmosfer kehangatan keluarga yang pasti akan jauh. Tak apa semua akan baik-baik saja pikir ku. Setelah pidato yang mengharukan itu

Siapa yang Salah ? atau Apa yang Salah?

"Enak ya udah balik ke Banjarbaru. Aku kejebak banjir nih di kampung" "Mana ada enak, susah disini. Capek, enakan di rumah" "Wiih udah di Banjarbaru kah ? nyamannyaaa.." "Nyaman di Kampung, disini seraba ngalih" "Enak ya yang udah di Banjarbaru" "Ga enak cuy, ga pulang" "kadada nyamannya, mikiri makan ja pusing ya jadinya makannya itu-itu aja" -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Yes, waktu kuliah percakapan yang begini sering kita temui disaat masa perkuliahan berlangsung atau saat liburan panjang tiap semester.  Olrait! ya begitulah kurang lebih percakapan yang sering terdengar dan terbaca. Cudih ya :"" Alhamdulillah aku salah satu orang yang bisa sekolah di kampung halaman sendiri.  Lucunya kami yang pribumi ini sering diuji secara mental oleh para perantau nan jauh disana. Seolah kami gak punya

Mengejar Takbir di Langit Berbeda

Gambar
Mesjid Agung Al Falah, Batulicin   Jika ku pandangi mereka dan kubayangkan rasanya, maka mungkin aku tak sanggup jua Setiap jalanan pasti tidak mulus saja, ada cekungan ada pula cembungan Mereka ya santai saja, ya lalui saja,   ya lupakan saja Marahnya pun hanya luapan semangat yang membara Kami yang mendengar juga baik-baik saja Ribuan perjalanan sudah pernah dilalui maka perjalanan ini bukan yang pertama bukan? Tapi selalu saja terbungkus istimewa mengalahkan paket buka bersama di hotel bintang lima Belum sempat seperempat perjalanan Wajah yang mulai  disentuh hangat mentari Kaki macam lembu yang mulai kesemutan Di tambah lagi kepala yang cenat cenut karena berhasil mencuri mesra dengan jendela Walau diam seribu kata Mata terpejam ribuan jam lamanya Alarm berdendang tak mau berhenti Bahkan radio pun lelah bernyayi untuk menemani Dengan diiringi doa orang-orang yang berharga, perjalanan ini masih dan makin terasa indah Untuk mu yang terlibat pe