Siapa yang Salah ? atau Apa yang Salah?

"Enak ya udah balik ke Banjarbaru. Aku kejebak banjir nih di kampung"
"Mana ada enak, susah disini. Capek, enakan di rumah"

"Wiih udah di Banjarbaru kah ? nyamannyaaa.."
"Nyaman di Kampung, disini seraba ngalih"

"Enak ya yang udah di Banjarbaru"
"Ga enak cuy, ga pulang"
"kadada nyamannya, mikiri makan ja pusing ya jadinya makannya itu-itu aja"
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Yes, waktu kuliah percakapan yang begini sering kita temui disaat masa perkuliahan berlangsung atau saat liburan panjang tiap semester. Olrait! ya begitulah kurang lebih percakapan yang sering terdengar dan terbaca. Cudih ya :""

Alhamdulillah aku salah satu orang yang bisa sekolah di kampung halaman sendiri. Lucunya kami yang pribumi ini sering diuji secara mental oleh para perantau nan jauh disana. Seolah kami gak punya duka, hanya suka suka saja. Padahal sering diperlakukan seperti ini juga merupakan duka buat kami, you know! *inhale exhale*
Setiap orang yang sedang mengejar mimpi pasti ada suka dan ada dukanya. So, ya it's not necessary for you to act as if only you have grief or even act like victims of the war bebs. 

Sama halnya dengan percakapan di atas. Ungkapan yang selalu menghakimi kota tempat merantau itu sering terlontar oleh si subjek yang sedang merantau. Kota tempat kita tinggal ini selalu dikambing putihkan oleh anak yang sedang merindu rumah di kampung halaman. Betapa nyelekitnya jika kalian ajak kami si pribumi ngobrolin topik yang kaya begini. Kami senang kok diajak obral obrol manja bak princess penuh metafora, ya tapi gak gini juga kali yak.

"Isssh ini cuma basa basi aja kali say, sensi amat deh" 

Oklay! Lemme explain to you yaaa ... 
Jika keluhan yang diungkapkan itu punya intensitas yang tinggi, dengan jumlah keluhan yang relatif banyak plus ekspresi hiperbola netijen yang suka unjuk gigi apa gak memacu galat makin tinggi ?
You have to know that mana ada anak daerah yang suka kalo daerahnya jadi bahan keluhan terus menerus. Kurang inilah kurang itulah susah inilah susah itulah. Sama kaya kamu, coba pikirin deh kalo berada diposisi aku gimana. Nyelekit-nyelekit gimanaaa gitu yakan.

Aku juga pernah jauh dari rumah, ya walaupun gak selama kalian yang bertahun-tahun. But at least I know that feeling kok. Beruntunglah kalian bisa dapet dan melalui proses itu karena pengalaman adalah guru terbaik bukan ? Aku yang cuma beberapa hari aja dapet banyak banget pelajaran, apalagi kalian yang sudah senior banget deh dalam urusan rantaumerantau. 

Bagiku rumah adalah tempat dimana aku tumbuh dan berkembang, tapi jika rumah itu tanpa keluarga didalamnya maka ia hanya bangunan kosong yang hampa sarat dengan makna. Jadi, bukankah rumah juga punya definisi saat aku dan keluarga sedang bersama ? Menurut kalian gimana ?
Dan bagiku hal ini bukan tentang dimana, dari mana, dan sedang dimana. Tapi jarak dan waktu lah yang membuat kita merindu penuh seluruh bahkan kadang dapat mengganggu sistem imun tubuh.
Ya, merantau memang bukan perjalanan yang mudah tapi apa salahnya jika kita bisa lebih bersyukur dan membagikan ungkapan yang positif juga. Jadi sama-sama enak kan ? Banyak kok topik basa basi yang gak perlu senggol sana sini.

Olrait, ini bukan tulisan to judge someone or gimana tapi cuma mau membagi sedikit perasaan yang nyelekit akibat ucapan atau tulisan yang mungkin kalian anggap hanya basa basi kaya nasi yang dianggurin dua hari. Dan harapannya kita semua bisa lebih hati-hati dalam berungkapan sana sini dikemudian hari nanti agar tidak ada yang tersakiti lagi :)

Akhir kata, ini bukan tentang siapa yang salah dan apa yang salah. Ini hanya proses spesial yang harus kita lalui diselasela umur 20 an kita ini. Stay positif and special maluv!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Setengah Perjalanan