Kasihan Ular

Sebuah gambar lama untuk membungkam mulut ular yang menggemaskan

Tak perlu begitu serius menghadapi ia yang licin dan penuh racun

Sibuk menggeliat di atas luka yang ia buat sendiri

Bukan hanya luka ku, luka penduduk lain, tapi juga luka ia sendiri

Biar ku beri tau, ia penuh darah mana tau ia buta

Biar ku beri dengar, mana tau ia tuli

Ternyata bukan salah mata atau telinga, hanya saja sudah tebal muka


Dengarkah kamu desis miliknya ?

Menebar bisa kesana kemari sampai ia lupa sudah dimana

Sampai ia lupa tertelan racun miliknya sendiri

Sampai ia kacau racun menyebar tanpa henti

Sampai ia terjaga nanti tinggal menunggu mati


Kadang aku tak sampai hati

Sudah terkumpul semua nyali, ingin sekali ku ajak bicara dari hati ke hati

Tapi ular ini penuh ambisi, ujung-ujungnya akan terbaca jadi benci

Tidak...tidak boleh

Benci akan menyakiti diri karna itu penyakit hati

Bangkit... bangkit, aku sayang diri ini, hati ini, dan para korek api


Ya...pesan dari korek api membuat luruh

Hatiku yang penuh gemuruh, akhirnya berhasil ku redam agar tidak gaduh

Aduh... jerit singa dalam diri yang mengeluh, rasa ini penuh hadir dengan utuh

Terbitlah... terbitkanlah rasa ini

Tumpah... tumpahkanlah saja lalu air mata

Lihat... lihatlah aku beranjak dewasa

Kasihan... kasihan ular entah dapat apa


Jogja, 20 November 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Setengah Perjalanan