Kemarin yang Belum Sempat Diceritakan
Pagi
itu harus bangun lebih awal untuk menyapa pasar di muara RT 2. Aku mandi
setelah 17 jam beradaptasi dengan kamar mandi ala-ala outdoor, “openspace” kami
beri gelar. Sembari menunggu waktu upacara penyambutan mahasiswa KKN di
kabupaten Hulu Sungai Selatan, kami berkunjung kepada teman seperjuangan di desa sebelah, yaitu
Desa Tambikar. Keahlian menggumba padi jadi satu skill lagi yang ingin ku
geluti lebih dalam bersama acil dan paman yang setia mengucurkan ilmu perpadian
dari nenek moyang.
Beberapa
waktu setelahnya upacara siap terlaksana. Aku beberapa kali meneteskan air mata
tanda syukur karena pidato Pak Dekan kami yang begitu menyentuh. Rasa gugup,
haru, dan gembira campur aduk seperti menemukan sebagian diri yang sudah lama
aku rindukan padahal selalu berusaha menggelutinya setiap hari. Rasa ini
mungkin muncul karena satu perbedaan besar pada atmosfer kehangatan keluarga
yang pasti akan jauh. Tak apa semua akan baik-baik saja pikir ku. Setelah
pidato yang mengharukan itu, kami berpelukan dengan teman setia sekampus sekelas
sepenanggungan untuk memasok semangat ku di hari-hari ke depan. Tak lupa ku
bisikkan pesan “Datanglah setiap pagi ke pasar, aku ada disana. Kunjungi aku
jika ada waktu senggang”.
Sepulang
dari upacara, kami memulai penjelajahan desa di RT 2 tempat kami menetap selama 30 hari kedepan.
Anugrah yang sangat indah dipertemukan dengan kepala desa dan masyarakatnya
yang ramah dan selalu mau menerima. Belum puas ! Apa daya sudah hampir maghrib
harus pulang ! begitu adat di desa ini yang identik dengan rasa religiusnya begitu
kata Pak Bupati saat berpidato. Kepulangan kami disambut kawan di desa paling
ujung sekecamatan. Senang, senang sekali ! kawan organisasi di kampus datang
mengujungi dunia ku yang sedikit mulai terkungkung oleh keterbatasan keadaan.
Akhirnya dunia ku terbuka ! ucap ku dalam hati.
Malam
pun menyapa, rumah kepala desa lah yang jadi tempat kami berlabuh. Sepulang
dari sana kami harus mengatur strategi, aku cukup panas pada agenda satu ini
bukan karna naik pitam tapi karna kegiatan ini sangat aku rindukan. Selama di
kota halaman sejak pagi sampai malam selalu full kegiatan baik di rumah apalagi
di kampus. Aku benar-benar rindu rapat dengan anak-anak ku di IAAS, aku rindu
rapat dengan anak project, aku rindu rapat dengan anak expro, aku rindu rapat
dengan anak HRD, aku rindu rapat dengan anak PR, aku rindu rapat dengan anak
STD, aku rindu pergi ketaman setiap sore, aku rindu VCP, aku rindu sekre, aku rindu dengan special squisy, aku rindu CLOB squisy, aku rindu
CCLC ku, bahkan aku rindu Pak Fadly, Pak Taufik, dan Pak Lurah. Dan yang selalu
aku rindukan separuh diriku di rumah Balitan, lima orang harta ku paling
berharga. Sembari menikmati rasa rindu itu aku sadar kesehatan ku adalah yang
utama agar tujuan kegiatan ini dapat terus terlaksana. Kuncinya adalah
istirahat. Aku harus tidur nyenyak malam ini karna besok subuh mungkin ada yang
menunggu ku di pasar untuk minta ditemui. Jujur saja tidak ada sinyal kecuali
untuk menelpon dengan pulsa, paksaan untuk menggunakan intuisi ini agar semakin
tajam. Aku selalu bersiap untuk menyambut kejutan baru besok !
Satu
kebaikan yang aku sadari hari ini : Don’t
to fast to underestimate your friends
Setiap
orang pasti memiliki sisi yang dapat diandalkan
Kekaguman
untuk sang ketua yang setia
Sirih,
12 Juli 2018
Juns bersama Tim 13 Boom!
Komentar
Posting Komentar